Pengetahuan Penyakit Diabetes Kencing Manis

Pengetahuan Penyakit Diabetes Kencing Manis. Angka penderita penyakit degeneratif yang membutuhkan perawatan mahal dan rutin di DIY ternyata cukup mencengangkan. Jumlah penderita penyakit mematikan seperti Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis, stroke, dan jantung cenderung meningkat.
Fakta ini berkebalikan dengan survei Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), dirilis Februari 2014, yang menempatkan Yogyakarta sebagai provinsi dengan harapan hidup penduduk tertinggi se-Indonesia.
Pengetahuan Penyakit Diabetes Kencing Manis


Hasil proyeksi dasar sensus penduduk (SP) pada 2010, usia harapan hidup orang di Yogyakarta adalah 74,2 tahun. Berturut-turut setelahnya, provinsi dengan harapan hidup tinggi Kalimantan Timur (72,9 tahun), Jawa Tengah (72,7 tahun), dan DKI Jakarta (71,4 tahun).
Proyeksi hingga 2035, usia harapan hidup Yogyakarta naik mencapai 75,5 tahun, masih tertinggi dibanding provinsi yang lain. Berturut-turut setelahnya Kalimantan Timur (75,4 tahun), Jawa Tengah (75,3 tahun), dan Jawa Barat (74,4 tahun).
Tingginya harapan hidup ini menurut hasil survei berkorelasi dengan tingkat kesehatan masyarakatnya. Data lain dari Bappenas, DIY juga tercatat sebagai provinsi yang paling dini mengalami penuaan. Jumlah lansianya paling banyak di antara semua provinsi.

Nomer satu

Hasil penelusuran Tribun selama sepekan terakhir (berita ini ditulis tgl 7 Mei 2014) , mengenai tingkat perawatan dan jumlah penderita penyakit degeneratif, di RS Panti Rapih, jumlah pasien DM kurun waktu 2 tahun terakhir berada diperingkat pertama.

Tahun 2012 tercatat terdapat 12.252 pasien Diabetes Melitus, baik rawat jalan, rawat inap, atau di instalasi gawat darurat. Setahun berikutnya jumlah pasien dengan kondisi serupa naik menjadi 12.915. Hal serupa juga terjadi di RSUP dr. Sarjito.

Mulai 2011-2013, Diabetes Melitus (kencing manis) tak pernah terlempar dari posisi 10 besar penyakit rawat inap. Sempat turun pada 2012 dengan 697 pasien, jumlahnya kembali naik pada 2013 (982 pasien). Sedangkan pada triwulan pertama 2014, DM berada di posisi limapenyakit rawat inap dengan 272 pasien.

Meningkatnya penderita penyakit tersebut menjadi perhatian tersendiri bagi pemerintah. Secara bertahap dinas kesehatan DIY menyiapkan pelatihan penanganan dan pencegahan Diabetes Melitus di tingkat Puskesmas.

Dari total 121 Puskesmas di DIY, saat ini telah ada 36 unit Puskesmas yang tenaga kesehatannya mendapat pelatihan khusus.

"Kami upayakan mencegah sedini mungkin peningkatan penderita Diabetes Melitus (kencing manis). Faktor resiko dan tanda klinis menjadi perhatian petugas kami di lapangan," tukas Kepala Bidang Pencegahan Penanggulangan Masalah Kesehatan Dinkes DIY, Daryanto Chadorie.

Memang faktor resiko penderita Diabetes Melitus menjadi semakin tinggi karena faktor keturunan. Namun tak jarang orang yang sebelumnya minim resiko bisa menderita Diabetes Melitus. Selain karena faktor usia mempengaruhi kinerja pankreas, pola hidup tak sehat pun turut berkontribusi. Minimnya konsumsi makanan sehat maupun pola makan tak teraturmeningkatkan faktor resiko. Alhasil, naiknya berat badan berujung pada pankreas yang harus bekerja ekstra menghasilkan insulin. Insulinsendiri berfungsi untuk mengontrol gula darah selalu dalam batas normal.

"Menu makanan instan banyak menjadi pemicu. Sayur buah kurang, kelebihan karbohidrat dan jarang olah raga menjadikan resiko Diabetes Melitus meninggi," beber Daryanto.

Pos Puskesmas

Dinkes DIY telah menyebar pos pembinaan terpadu di 76 Puskesmas. Tujuannya untuk mengetahui sedini mungkin masyarakat myang memeilikiki resiko tinggi terkena DM. Sehingga dapat menekan angka kematian atau minimal mencegah Diabetes Melitus (kencing manis) berujung pada komplikasi penyakit lain. 

Pada pos tersebut disediakan alat-alat pendekteksi dini potensi resiko penderita Diabetes Melitus. Internist Endokrinologi RSUP dr. Sarjito, dr Bowo Pramono SpPD KEMD membenarkan peningkatan penderita Diabetes Melitus (kencing manis) dalam satu dasawarsa terakhir.

Jika dirata-rata, untuk sehari saja pihaknya bisa menangani 50-100 pasien Diabetes Melitus (kencing manis), baik itu rawat jalan atau opname. Sedangkan untuk pasien Diabetes Melitus yang mengalami penyempitan pembuluh darah dibagian kaki, Bowo menyatakan, pihaknya bisa menangani rarata 15 pasien per hari.

Para pasien inilah yang kerap berujung pada amputasi bagian kaki karena komplikasi DM.
Pengajar FK UGM ini menguraikan jika penyakit dan akibat dari Diabetes Melitus (kencing manis) sangat berbahaya. Karena pada umumnya penderita DM ringan tidak mengeluhkan sakit pada bagian tubuh tertentu.

Namun jika tidak terkontrol dalam pola makan menyebabkan penyakit semakin akut. "DM (kencing manis) punya penanganan khusus. Makanya kami latih dokter-dokter di Puskesmas cara menangani (DM) yang benar," kata Bowo, diruang kerjanya pekan lalu.

Terdapat 3 komponen utama dalam mencegah penderita Diabetes Melitus (kencing manis). 

Pertama adalah pendekatan primer, yakni mencegah orang beresiko jangan sampai terkena Diabetes Melitus.
Sekunder, penderita Diabetes Melitus jangan sampai terkena komplikasi.
Tersier, penderita Diabetes Melitus (kencing manis) komplikasi jangan sampai cacat / meninggal dunia.
Dipaparkan Bowo, berbagai komplikasi penyakit bisa menjakiti penderita DM. Semisal gagal ginjal, jantung, stroke, penyempitan pembuluh darah dan sebagainya.

Kesadaran masyarakat mengenai bahayanya penyakit ini pun belum sepenuhnya terbangun.

"Kita harus aware. Karena masih ada yang beranggapan DM penyakit biasa/" imbuh konsultan DM ini.

Lalu siapa yang beresiko terkena DM? Bowo menerangkan ada 8 kelompok kategori beresiko. Pertama faktor keturunan memiliki resiko sampai 80 persen. Kedua karena obesitas. Berturut-turut karena hipertensi, kolesterol tak normal, jarang olah raga, pola makan / hidup taksehat, konsumsi obat-obat tertentu dan faktor umur diatas 45 tahun.

Bahaya Obesitas ( terhadap resiko Diabetes Melitus / kencing manis ) :


Lebih jauh dijelaskan, orang dengan obesitas harus memiliki kewaspadaan diri. Sebab, kerja pankreas pada orang bertubuh gemuk menjadi lebih keras. akibatnya organ penghasil insulin ini cepat lelah.

Berat tubuh ideal menjadi cara sederhana untuk mencegah DM. Tapi sebagai parameter memiliki tubuh sehat dengan mengurangi kolosterol merupakan langkah awal pencegahan. "Makanlah sesuai kebutuhan kalori tubuh," pesan Bowo.

Disarankan, orang dengan resiko Diabetes Melitus / kencing manis agar memeriksa gula darah minimal 3 bulan sekali. Sementara orang resiko DM rendah juga tetap harus periksa 1 tahun sekali. Jika kadar gula darah puasa melebihi 126 mg/dl dan dalam 2 jam setelah makan mencapai 200 mg/dl maka orang tersebut menderita diabetes.

Sedangkan kadar gula normal berada di kisaran 80-110 mg/dl. "DM itu silent killer (pembunuh senyap), waspadalah dengan penyakit ini. Jaga pola makan dan gaya hidup tetap sehat," tukas Bowo

Demikanlah  Pengetahuan Penyakit Diabetes Kencing Manis.

sumber artikel :
http://jogja.tribunnews.com/2014/05/07/wow-pembunuh-senyap-itu-bernama-diabetes-mellitus
dan koran Tribun Jogja 7 Mei 2014

sumber gambar : www.doctortipster.com

1 komentar: